Banyak dari temen-temen yang ketika bertemu dengan saya secara langsung menanyakan beberapa teknis terkait SEO. Hal inilah yang akhirnya menginspirasi saya menulis blueprint SEO ini di web ini, biar kalau ada yang ketemu lagi, setidaknya bisa kasih bahan ini.
Blueprint SEO ini berisi beberapa konsep yang sering saya gunakan ketika melakukan optimasi pada sebuah Web atau Blog. Namun meskipun begitu, perlu digarisbawahi bahwa mengikuti strategi SEO yang terdapat di blueprint SEO ini tidak akan menjamin auto page one.
So, tidak usah terlalu berbasa-basi, tulisan ini akan jadi tulisan super panjang yang, karena saya akan jelaskan juga alasan-alasan saya melakukan strategi SEO tersebut.
Selamat membaca, semoga tidak membosankan! Mari kita bedah apa itu blueprint SEO!
Blueprint SEO yang pertama adalah niche. Secara pribadi, saya seringkali menyarankan untuk memilih niche berdasarkan minat atau hobi. Mengapa demikian? Tentu ada beberapa alasan.
Alasan pertama dari sisi teknis kita akan lebih mudah mengelola blog yang secara topik kita benar-benar paham terhadap topik yang sedang kita kerjakan. Sebagai contoh misalnya kita hobi memancing, tentu kita benar-benar paham artikel-artikel seperti apa yang harus disajikan kepada para pembaca.
Berbeda dengan orang yang cuma mengandalkan artikel dari hasil rewrite atau cuma sekadar beli ke penyedia jasa penulis kemudian langsung publish.
Gak salah memang beli artikel atau rewrite dari artikel lain, tapi pastikan bahwa artikel tersebut benar-benar sesuai.
Anggaplah misal kalian mengunjungi sebuah blog tentang SEO yang isinya berupa artikel hasil rewrite vs. blog yang artikel-nya kaya di blog ini (berdasarkan pemikiran dan pengalaman saya sebagai penulis), kira-kira ketika kalian membaca, apa yang ada di benak kalian? Ngerti kan maksud saya?
Alasan yang kedua dari sisi non-teknis. Ketika membangun blog sesuai dengan minat atau hobi kita, secara mindset umumnya kita akan cenderung lebih punya semangat berbagi daripada sekadar nyari uang doang.
Iseng-iseng lah nulis, niatnya nyalurin hobi aja, syukur-syukur dapet uang dari hobi kita. Ya persis kaya blog ini, saya juga bahkan belum ngerti apakah blog ini akan menghasilkan uang buat saya, saya cuma nyalurin hobi nulis saya saja.
Blueprint SEO yang kedua adalah research keyword, saya memiliki pendapat bahwa ketika kita bermain SEO, hal yang mustinya dilakukan adalah mencari kata kunci dengan pencarian yang cukup tinggi.
Mengapa demikian? Karena menurut saya, main SEO adalah perang di halaman pertama. Kuat-kuatan strategi. Kalau search volume rendah artinya kita main di kompetisi yang rendah. Kalau begitu ceritanya, kita cukup main SEO dengan cara sangat sederhana. Nggak perlu ngikutin blueprint ini.
Artinya tidak ada yang istimewa dalam hal riset kata kunci dari teknis saya, karena memang saya mengincar keyword umum yang pencariannya cukup tinggi. Jadi ya cukup gunakan nalar dan ngintip kompetitor aja.
Untuk tools sendiri, saya menggunakan 3 tools:
Khusus untuk Google Trends hanya saya gunakan untuk memantau keyword-keyword baru saja. Misalnya Gadget keluaran terbaru, jadi saya tahu keyword seputar gadget terbaru dan bisa page-one duluan dibandingkan kompetitor.
Google trends juga biasanya saya pakai untuk mencari produk yang lagi hot di market.
Ada 2 poin penting yang biasa saya lakukan untuk pemetaan kata kunci ini, penjelasannya ada dibawah ini:
Setiap kata kunci tidak selalu saya gunakan untuk artikel, ada beberapa kata kunci yang saya gunakan untuk kategori atau tag.
Anggaplah misal kata kunci: Pantai di Banten. Kata kunci semacam ini akan saya gunakan untuk kategori atau tag (tentunya saya juga melakukan SEO untuk halaman ini). Untuk artikel, saya fokus ke area yang lebih kecil. Misalnya, “Pantai Sambolo”, “Pantai Sawarna” dan sebagainya.
Tidak semua kata kunci bisa digabung dalam 1 halaman / artikel, ini kesalahan umum yang biasa saya temukan. Hal ini kaitannya dengan search intent.
Misalnya saja saya sering melihat banyak pemain SEO yang menggunakan judul, “Jual Manfaat Obat Asam Urat”. Penggunaan kata kunci semacam ini akan membuat search intent menjadi rancu, dan berujung dengan tidak ranking kedua kata kunci yang di incar dan digabungkan tersebut.
Ini yang sering saya lakukan jauh sebelum sebuah project dimulai. Ya, saya biasa membuat sebuah blog dengan sub topik yang berurutan. Saya ambil contoh sederhana saya ingin membuat blog dengan topik teknologi (umum), hal pertama yang akan saya lakukan adalah mencari sub-topik pembahasan dan mencari urutan kata kuncinya.
Saya ambil contoh saya ingin membahas seputar Windows 11, maka saya akan mengumpulkan kata kunci yang terkait dan saling berurutan. Misalnya:
Urutan kata kunci ini yang nantinya akan saya gunakan untuk mempublikasikan artikel. Jadi publish-nya juga harus urut, gak lompat-lompat.
Mengapa demikian? Karena untuk mempermudah pengelolaan internal link.
Penulisan artikel ini pada umumnya akan lebih mudah jika tahap pertama diatas beres, karena kita udah punya data dari keyword yang kita pilih.
Dalam urusan penulisan artikel, beberapa hal penting yang biasa saya lakukan, antara lain sebagai berikut.
Hal pertama yang saya lihat adalah artikel milik kompetitor. Saya akan menganalisa apa yang kurang dari artikel milik kompetitor. Dari kekurangan-kekurangan tersebut akan saya catat untuk bahan penulisan artikel atau saya serahkan catatan tersebut ke tim penulis.
Anggaplah saya ingin membuat artikel untuk keyword “Cara Install Windows 11”, saya akan mencari data kekurangan dari artikel milik kompetitor saya. Dengan begitu, saya benar-benar harus mengerti bagaimana melakukan installasi Windows 10 yang baik dan benar.
Agak susah memang menganalisa kekurangan dari kompetitor jika kita tidak paham topik blog yang sedang kita kerjakan. Usahakan kita terlebih dahulu mempelajari topik blog yang sedang kita bahas.
Memahami search intent adalah bagian yang sangat penting dalam hal penulisan artikel. Hampir mirip dengan poin pertama, kita harus tahu apakah artikel yang kita tulis adalah artikel yang dibutuhkan pembaca. Artinya dibutuhkan pengetahuan soal topik yang kita tulis tersebut atau
Membuat artikel yang SEO Friendly adalah hal yang baik, tapi memaksakkannya untuk 100% SEO akan membuat artikel kita tidak menarik untuk dibaca. Saya lebih memilih menulis artikel yang human friendly terlebih dahulu, syukur-syukur bisa SEO Friendly.
Banyak artikel saya yang lebih mengutamakan human friendly daripada SEO friendly dan justru karena interaksi pembaca tinggi (benar-benar dibaca) sehingga bounce rate rendah.
Ya, ini poin yang sebenarnya optional. Tapi memahami teknis content writing yang menarik seperti misalnya teknis AIDA akan membuat sebuah artikel lebih mudah merangsek ke halaman pertama Google.
Ingat satu hal, di era SEO Modern seperti sekarang, kekuatan interaksi user terhadap konten sangat berpengaruh dalam SEO.
Seperti yang dijelaskan diatas (soal pengurutan kata kunci), internal link akan lebih mudah kita buat ketika kita membuat artikel yang berurutan pula.
Misalnya dari “cara membuat bootable flashdisk” menuju ke artikel –> “cara install windows 11”. Kita bisa bikin di bagian bawah artikel “cara membuat bootable flashdisk” misalnya seperti ini:
Untuk tutorial Install Windows 11, silahkan klik disini.
Beberapa poin yang biasanya saya perhatikan dalam pembuatan internal link antara lain:
1. Call to action
Jadi saya membuat sebuah call to action agar pengunjung mau melanjutkan ke artikel selanjutnya. Dengan teknis pengurutan artikel diatas, akan sangat mudah kita dalam membuat call to action, karena memang artikelnya mengharuskan pengunjung membaca artikel selanjutnya.
Sederhananya, saya lebih suka membuat kalimat yang kemudian mengarahkan ke halaman lain daripada sekadar baca juga: blablabla.
2. Relevan Satu Sama Lain
Pada dasarnya, internal link yang tidak relevan bukanlah sebuah masalah. Namun internal link yang relevan akan membuat interaksi pengunjung di blog kita akan semakin baik.
Saya jarang memaksakan anchor text untuk urusan internal link, karena yang terpenting adalah interaksi pengunjung.
3. Jangan Tempatkan di Awal Paragrap
Ini yang biasa saya lakukan. Tujuannya sederhana, yakni agar pengunjung tidak teralihkan perhatiannya ke artikel lain sebelum dia selesai membaca artikel yang pertama kali dia kunjungi.
Kalau sampai terjadi, bounce rate untuk artikel yang pertama dia kunjungi akan tinggi.
Sampai pada tahap ini, urusan keyword dan content selesai, selanjutnya urusan on-page SEO.
Strategi on-page SEO yang biasa saya lakukan umumnya sedikit lebih rumit dari sisi teknis dan tidak saya lakukan sendirian. Hal ini dikarenakan ada beberapa hal yang secara teknis tidak bisa saya kerjakan sendiri.
Disini saya tidak akan membahas masalah judul yang harus mengandung keyword atau sebagainya, karena hal tersebut adalah hal yang sangat umum dan mudah dipelajari. Selain itu, beberapa poin terkait on-page juga sudah saya sebutkan di bagian penulisan artikel diatas. Misalnya saja masalah internal link.
Saya akan bahas hal lain yang lebih deep.
Validasi Schema Markup seringkali saya lakukan pada plugin dan theme.Ya, ini poin penting yang jarang orang perhatikan. Sebuah theme dan plugin yang dibuat oleh 2 developer yang berbeda, bisa menyebabkan beberapa masalah.
Anggaplah saya menggunakan theme website A, saya harus memastikan beberapa struktur tidak bentrok dengan plugin lain, misalnya plugin SEO All in One SEO Pack.
Di bagian schema.org ini, saya sengaja tidak centang. Hal ini karena saya tidak menginginkan All in One SEO memberikan markup otomatis ke on-page saya. Saya seringkali lebih menggunakan schema markup manual (koding manual di theme) jika memang membutuhkan hal tersebut.
Untuk memastikan hal tersebut benar, kita bisa melakukan validasi dengan Rich Result Test.
Selain hal tersebut, kita juga harus memastikan theme yang kita gunakan dibuat dengan baik oleh developernya. Jangan sampai ada error atau tidak valid.
FYI: Banyak theme yang bermasalah dengan hal ini. Salah satunya yang cukup populer adalah GeneratePress. Misalnya ketika kita atur hide author aja, bisa langsung tidak valid.
Ketika tidak valid itu terjadi, ada 2 pilihan yang bisa dilakukan:
Kecepatan web ini umumnya dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
Setiap website punya masalah kecepatan yang berbeda, untuk mengetahui penyebabnya bisa di cek menggunakan tool PageSpeed Insights. Dari situ nanti akan kita data masalah-masalah apa yang harus segera kita perbaiki.
Google sendiri sudah mengatakan bahwa algoritma mereka sekarang berfokus pada mobile. Artinya kita harus benar-benar memastika design yang kita gunakan benar-benar mobile friendly.
Jangan salah kira, theme yang menawarkan mobile friendly banyak yang tidak valid juga kok, untuk itu pastikan dengan Mobile Friendly Test terlebih dahulu.
Kita lanjut ke urusan off-page SEO. Untuk urusan off-page ini ada beberapa hal yang saya lakukan.
Jauh sebelumnya lebih lanjut, poin utama yang musti kita sadari terlebih dahulu adalah konsep dasar yang diinginkan oleh Google. Secara garis besar, Gogle pada dasarnya melarang tindakan “maniputatif”, dengan kata lain MEMBUAT backlink pada dasarnya itu nggak boleh.
Apa yang diinginkan oleh Google pada dasarnya sebuah website mendapatkan backlink secara natural, entah itu karena kontennya bermanfaat kemudian menjadi referensi artikel di website lain atau karena banyak hal.
Itu poin yang sebaiknya dipahami terlebih dahulu, biar kita bisa punya “pagar” ketika memang terpaksa harus membuat backlink sendiri.
Untuk backlink saya gak terlalu ribet sebenarnya, tapi umumnya saya hanya menggunakan contextual backlick aja. Sumbernya antara lain dari:
Untuk urusan backlink ini, saya umumnya hanya mengarahkan ke homepage, jarang sekali saya mengarahkan ke artikel (terkecuali emang seret banget gak naik-naik).
Yang membedakan strategi backlink saya mungkin hanya terkait artikel untuk backlink aja. Saya seringkali membuat artikel random (secara keyword). Kemudian ada 1 kalimat yang menyebutkan, misalnya “Berikut adalah tips SEO yang saya kutip dari katadata.web.id”.
Sementara untuk backlink ke artikel, agak sedikit lebih rumit (makanya saya jarang makai kalau udah page-one dengan modal backlink ke homepage). Untuk backlink ke arah artikel, saya biasanya melakukan riset terlebih dahulu.
Anggaplah saya ingin merankingkan artikel “Spesifikasi Realme U1”, untuk artikel yang digunakan sebagai backlink, sebisa mungkin saya tidak membahas artikel dengan keyword yang sama. Saya akan membuat artikel misalnya dengan Keyword:
Artikel tersebut yang nantinya salah satunya menyebutkan “Realme U1” sebagai salah satu smartphone dan tentunya memberikan backlink ke moneysite.
Untuk media sosial ini saya sih gak wajib-wajib banget, gak semua blog saya main di sosmed. Tapi dari hasil pengamatan, saya melihat kalau artikel yang mendapatkan share di Facebook (secara natural) bisa lebih cepet naik ke halaman pertama Google.
Sebagai contohnya, keyword “LSI Keyword Generator” di katadata.web.id.
Keyword ini (seingat saya) tidak saya backlink sama sekali, tapi karena interaksi dari media sosial cukup tinggi, secara perlahan halaman ini naik ke urutan 4 Google.
Branding yang kuat juga bisa membantu sebuah website lebih cepat naik ke halaman pertama Google. Saya ambil contoh sederhana keyword-keyword berikut.
Dan ada pencarian jasa artikel katadata.web.id, hal tersebut akhirnya membantu keyword utama untuk naik ke halaman pertama.
Jangan dikira ketika sudah page-one, proses SEO berhenti begitu saja. SEO tidak sesederhana itu bung.
Hal yang wajib kita lakukan adalah memantau hasil SEO yang sudah kita kerjakan. Tools yang wajib dipakai ya Toolsnya Google langsung, yakni Google Search Console dan Google Analytics.
Baca data yang ada di Google Search Console, kalau ada kesalahan segera cari tahu kesalahan tersebut dan perbaiki.
Misalnya pada gambar diatas saya tandain panah, Jika ada kesalahan pada bagian HTTPS maka akan ada keterangan pada Non HTTPS urls. Artinya ada masalah mobile friendly yang harus segera saya perbaiki.
Kita juga harus terus memantau backlink yang mengarah ke website yang kita kelola dengan cara cek di Google Search Consol pada menu Tautan.
Jika ada link yang sekiranya mencurigakan, silahkan laporkan ke Google dengan cara Disavow Links.
Selain itu, kita juga bisa memantau kinerja Website melalui Google Analytics di bagian Insights, misalnya ada salah satu halaman di website saya yang memiliki kecepatan yang lambat dan harus segera diperbaiki agar ranking tidak turun.
Proses audit semacam ini setidaknya saya lakukan 1 minggu sekali.
Kurang lebih seperti itu hal-hal yang biasa saya lakukan dalam hal pengelolaan SEO. Blueprint SEO ini masih jauh dari kata sempurna dan mungkin ada beberapa hal yang saya belum memasukkannya karena lupa.
Salam hangat,